Pages

Minggu, 24 Januari 2021

GEOGRAFI KELAS XI PENGELOLAAN PANGAN

PENGELOLAAN DALAM KETAHANAN PANGAN 

a. Strategi Dalam Pembangunan Ketahanan Pangan 

Peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. 

Revitalisasi industri hulu produksi pangan (Benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian) 

Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengelolaan Pangan 

Revitalisasi dan Restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada: Kopersasi, UKM, dan lumbung desa. 

Pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian pangan yang melindungi pelaku bisnis pangan dari hulu hingga hilir meliputi penerapan Teknikal Barrier for Trade (TBT) pada produk pangan, insentif, alokasi kredit, dan harmonisasi tarif bea masuk, pajak resmi dan tak resmi. 






b. Sistem Ketahanan Pangan 

Sistem Ketersediaan (Food Availability), yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat. 

Akses Pangan (Food Access), yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi pangan. 

Penyerapan Pangan (Food Utilization), yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi, gizi, air dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumah tangga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan layanan kesehatan, serta penyuluhan gizi dan pemeliharaan balita. 

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan 

Lahan, merupakan faktor penting dalam penyediaan sumber pangan, terutama yang terkait sumber pangan hasil budi daya pertanian dan perkebunan. Semakin luas lahan potensial yang digunakan untuk mengusahakan tanaman pangan, semakin baik ketahanan pangan di suatu negara. 

Iklim dan Cuaca, Indonesia memeiliki dua musim yaitu kemarau dan penghujan, musim ini sangat berpengaruh terhadap hasil dan produksi pertanian. Demikian juga dengan keadaan pengaruh dari fenomena El Nino (musim kemarau yang berkepanjangan) dan La Nina (meningkatnya curah hujan sehingga menyebabkan banjir), walaupun ini tidak terjadi di semua wilayah Indonesia, anamun berdampak juga pada hasil pertanian. 

Teknologi, semakin tinggi teknologi yang dimiliki, maka akan semakin mudah dalam melakukan proses produksi maupun meningkatkan hasil produksi di suatu wilayah atau negara. Contoh : Penggunaan mesin traktor untuk mengolah lahan, penggunaan GPS untuk nelayan, penggunaan bibit bioteknologi untuk mempercepat pertumbuhan dan hasil tanam dan hydrophonik untuk penanaman di wilayah yang sempit. 

Infrastruktur, ketersediaan infrastruktur yang memadai baik di darat, laut maupun udara akan mempercepat proses distribusi dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Hal ini akan meningkatkan ketahanan pangan baik secara lokal maupun nasional di wilayah Indonesia ( negara dengan wilayah kepulauan). 






2. Pengelolaan dalam Industri 

a. Bidang industri dibedakan menjadi dua, yaitu: 

Industri barang, merupakan usaha mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Kegiatan industri ini menghasilkan berbagai jenis barang, seperti pakaian, sepatu, mobil, sepeda motor, pupuk, dan obat-obatan. 

Industri jasa, merupakan kegiatan ekonomi yang dengan cara memberikan pelayanan jasa. Contohnya, jasa transportasi seperti angkutan bus, kereta api, penerbangan, dan pelayaran. Perusahaan jasa ada juga yang membantu proses produksi. Contohnya, jasa bank dan pergudangan. Pelayanan jasa ada yang langsung ditujukan kepada para konsumen. Contohnya asuransi, kesehatan, penjahit, pengacara, salon kecantikan, dan tukang cukur. 

b. Macam-Macam Bahan Industri Bahan-bahan industri yang biasa dipakai atau ditemukan di indonesia adalah Sumber Daya Alam yang dapat diperbaharui (Reneable), Sumber Daya Alam yang tidak dapat di perbaharui (Unreneable). 

Bahan mentah, semua bahan yang didapat dari sumber daya alam dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut (Contoh: Kapas untuk industri tekstil, batu kapur untuk industri semen, biji besi untuk industri besi dan baja). 

Bahan baku industri, bahan mentah yang diolah atau tidak diolah dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri (Contoh: Lembaran besi atau baja untuk industri pipa, kawat, konstruksi jembatan, seng, tiang telpon, benang adalah kapas yang telah dipintal untuk industri garmen (tekstil), minyak kelapa, bahan baku industri margarine). 

Barang setengah jadi, bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi barang jadi (Contoh: Kain dibuat untuk industri pakaian, kayu olahan untuk industri mebel dan kertas untuk barang-barang cetakan). 

Barang jadi, barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi, misalnya industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar. 









c. Dampak Pembangunan Industri 

Dampak positif: terbukanya lapangan kerja, terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat, Pendapatan/kesejahteraan masyarakat meningkat, menghemat devisa negara, mendorong untuk berfikir maju bagi masyarakat, terbukanya usaha-usaha lain di luar bidang industry, dan penundaan usia nikah. 

Dampak negative: terjadi pencemaran lingkungan, konsumerisme, hilangnya kepribadian masyarakat, terjadinya peralihan mata pencaharian, terjadinya urbanisasi di kota-kota, terjadinya permukiman kumuh di kota-kota. 

d. Faktor Pendukung & Penghambat 

Faktor pendukung: Indonesia kaya bahan mentah, jumlah tenaga kerja tersedia cukup banyak, tersedia pasar dalam negeri yang banyak, iklim usaha yang menguntungkan untuk orientasi kegiatan industry, tersedia berbagai sarana maupun prasarana untuk industry, stabilitas politik yang semakin mantap, banyak melakukan berbagai kerjasama dengan negara-negara lain dalam hal permodalan, alih teknologi, letak geografis Indonesia yang menguntungkan, kebijaksanaan pemerintah yang menguntungkan, kersedia sumber tenagalistrik yang cukup. 

Faktor penghambat: penguasaan teknologi masih perlu ditingkatkan, mutu barang yang dihasilkan masih kalah bersaing dengan negara-negara lain, promosi di pasar internasional masih sangat sedikit dilakukan, jenis-jenis barang tertentu bahan bakunya masih sangat tergantung dengan negara lain, sarana dan prasarana yang dibutuhkan belum merata di seluruh Indonesia, modal yang dimiliki masih relatif kecil 

e. Klasifikasi Industri 

1) Jenis-Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku 

Industri ekstraktif, adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh: pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain. 

Industri nonekstaktif, adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar. 

Industri fasilitatif, adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh: Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya. 

2) Jenis-Jenis Industri berdasarkan berdasarkan Ukuran Modal 

Industri padat modal, adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. 

Industri padat karya, adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya. 

3) Jenis-Jenis Industri berdasarkan Penjenisannya Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 

Industri Kimia Dasar (Seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk) 

Industri Mesin dan Logam Dasar (seperti industri pesawat terbang, kendaraan, tekstil) 

Industri Kecil (seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, minyak goreng curah) 

Aneka industry (seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman) 

4) Jenis-Jenis Industri berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja 

Industri rumah tangga, tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang. 

Industri kecil, tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang. 

Industri sedang atau industri menengah, tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang. 

Industri besar, tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih. 





5) Jenis-Jenis Industri berdasarkan Pemilihan Lokasi 

Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry), adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. 

Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja (man power oriented industry), adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja untuk lebih efektif dan efisien. 

Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry), adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas biaya transportasi yang besar. 

6) Jenis-Jenis Industri berdasarkan Produktifitas Perorangan 

Industri primer, adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu (Produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan). 

Industri sekunder, adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. (Benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya). 

Industri tersier, adalah industri yang produknya berupa layanan jasa (telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan). 









3. Pengelolaan Dalam Energi Terbarukan 

a. Tenaga Surya 

Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup besar mengingat letak geografisnya yang berada pada daerah tropis. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) mencapai 4,5kWh/m 2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Penyediaan energi surya di Indonesia, telah diterapkan pengembangannya yaitu pengembangan energi surya forovoltaik dan energi surya termal. Namun, karena kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau terpencil yang sangat sulit terjangkau oleh jaringan listrik yang menggunakan tenaga surya. Serta tingginya biaya modul surya yang masih menjadi komponen utama teknologi energi surya fotovoltaik untuk diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu, pada energi surya ini yang memiliki peran penting sebagai sumber tenaga listrik. 


b. Panas bumi Indonesia memiliki sumber energi panas bumi terbesar didunia (40% dunia) karena sepanjang jalur gunung api aktif mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku serta merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia. Namun, pemanfaatannya yang masih belum optimal. Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkitan tenaga listrik, saat ini masih sangat kecil dibandingkan dengan pontensi sumber daya dan cadangan yang ada, yaitu baru mencapai 1,189 MW atau sebesar 4% dari potensi yang ada (Luluk, 2011) Berbagai inisiatif untuk mengembangkan energi terbarukan yang ditujukan pada eksplotasi panas bumi dimana Indonesia pada tahun lalu menandatangani perjanjian kerjasamanya dengan pemerintah Selandia Baru, dimana pemerintah Selandia Baru telah aktif dalam mengembangkan energi panas bumi yang telah berkontribusi hingga 70%. Sejumlah investor pun baru-baru ini telah memasuki sektor dalam mengelola energi panas bumi, diantaranya Jepang dan India. Berdasarkan Kebijakan Energi Nasional telah mentargetkan sebesar 9.500 MW pada tahun 2025 dari pembangkit listrik dari panas bumi. 


c. Biofuel 

Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat produksi biofuel, misalnya pada cadangan biomass yang besar dari industry pertanian termasuk gula, karet, dan minyak sawit. Walaupun pada saat ini masih banyak sumber biofuel kita diekspor karena kualitas makanan yang tinggi. Bioetanol Bioetanol telah menjadi rencana Indonesia untuk mengurangi impor energi dan meningkatkan standar kualitas udara. 


d. Energi Angin Berdasarkan proyek pengalaman yang dilakukan oleh Pemerintah Denmark pada tahun 1991 yang memanfaatkan energi terbarukan pada perkembangan energi angin dan energi matahari. Langkah-langkah yang dirilis oleh Pemerintah Denmark sebagai langkah penting dalam menuju masa depan yang ramah lingkungan, serta memiliki banyak pasokan energi berkelanjutan yang saat ini telah diterapkan oleh Danish political thingking and priorities dan diterima oleh penduduk dan industri di Denmark. Jadi, dengan memanfaatkan tenaga angin lepas pantai sebagai era pasar baru yang masih menjadi dekade pada saat ini. 


e. Biomass dan pengolahan biogas 

Saat ini, 85.5% sisa biomas datang dari industri kelapa sawit, seperti yang ditunjukkan dalam pohon ara.

Sumber-sumber biomass berbeda-beda dari buah kue, serat-serat kosong, kerang palm koper itu yang masing-masing berisi berbagai tingkat energi dan jumlah potensinya. Kelapa sawit telah berpotensi yang sangat baik dalam memproduksi energi alternatif karena calorific berisi.

Dengan 50% efisiensi, biomass dari kelapa dapat menghasilkan 8 Mtoe energi, dan dapat menyimpan RM 7,5 milyar per tahun dari minyak mentah. Pada tahun 2007, untuk setiap hektar 4.3 juta hektar perkebunan kelapa sawit, sekitar 50-70 ton sisa biomas dihasilkan. Selain itu, kelapa sawit limbah pertanian lainnya seperti bagasse, tebu, sekam dan nasi sisa limbah kayu juga memberikan kontribusi untuk total sisa biomas.


Pada Bulan Juli 2009, total 39 MW adalah di bawah dan konstruksi diperkirakan kemungkinan adalah 1340 MW pada tahun 2030.

Di Malaysia, biogas sering dihasilkan di bawah kondisi anaerobik menggunakan fasilitas manajemen limbah.

Konten energi biogas adalah terutama bergantung pada metana konten. Berdasarkan studi pada Clean Development Mechanism (CDM) kemungkinan dalam sektor limbah, ditemukan bahwa potensi yang paling adalah degradasi anaerobik di mana terjadi dalam tingkat kota praja pengurukan dan POME tambak udang.

Potensi dengan ukuran yang relatif dan pemulihan kuasa dan potensi panas untuk layak proyek-proyek yang disajikan.

Pada Bulan Juli 2009, total 4,45 MW adalah di bawah potensi dan konstruksi biogas oleh 2028 adalah 410 MW.

Secara keseluruhan, sektor gas alam dan energi terbarukan memiliki potensi pengembangan yang luar biasa.

Langkah-langkah tersebut harus didukung oleh semua kalangan pihak, tidak hanya pertamina, pemerintah, stakeholders, ataupun perguruan tinggi di indonesia.

Namun, hal tersebut diperlukan upaya partisipasi masyakakat bangsa indonesia demi masa depan energi baru dan terbarukan.

Dengan mengurangi ketergantungan terhadap minyak, lakukan gerakan hemat energi dengan mengembangkan sektor gas alam dan gas nonkonvensional serta mendiversifikasi energi-energi terbarukan dengan percepatan rencana untuk mengeksplorasi sumber-sumber energi terbarukan.


Diolah Dari Berbagai Sumber 

0 komentar:

Posting Komentar