Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah, atau dari daerah yang memiliki suhu/temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari, karena daerah yang terkena banyak paparan sinar matahari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Angin mempunyai banyak manfaat di antaranya adalah untuk pembangkit listrik dengan menggunakan kincir angin, menggerakkan perahu layar, membantu perjalanan para nelayan pulang dan pergi, menghilangkan rasa panas seperti pada alat kipas angin. Selain itu angin juga berfungsi sebagai instrumen untuk membantu take-off atau landing pesawat di landasan pacu bandara.
Angin bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah atau tempat yang bertekanan lebih rendah. Gerak atau laju angin tersebut disebut dengan kecepatan angin. Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j).
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut Anemometer atau Anemograf. Perangkat alat ini juga merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam sebuah stasiun cuaca. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian, faktor, serta macam-macam angin yang perlu diketahui:
Faktor Terjadinya Angin
Mengutip dari Samir Abdul Halim dkk dalam Ensiklopedia Sains Islami Geografi, terdapat 4 tahapan dalam faktor terjadinya angin, yakni:
1. Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
2. Letak tempat
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari pada yang jauh dari garis khatulistiwa.
3. Tinggi tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.
4. Waktu
Di siang hari angin bergerak lebih cepat dari pada malam hari.
Salah satu faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien tekanan yang timbul karena adanya perbedaan suhu udara. Kuat atau lemahnya hembusan angin ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan kata lain kecepatan angin sebanding dengan kelandaian tekanan udaranya.
Di samping kelandaian tekanan, gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek. Semakin besar perbedaan tekanan udara maka semakin besar pula kecepatan angin berhembus.
Alat Pengukur Kecepatan Angin
Mengutip dari Jurnal TRITON Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Pattimura Ambon, kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut Anemometer atau Anemograf. Perangkat alat ini juga merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam sebuah stasiun cuaca.
Istilah ini berasal dari kata Yunani yakni anemos, yang berarti angin. Anemometer pertama adalah alat pengukur jurusan angin yang ditemukan oleh oleh Leon Battista Alberti. Anemometer dapat dibagi menjadi dua kelas: yang mengukur angin dari kecepatan, dan yang mengukur dari tekanan angin.
Tetapi karena ada hubungan erat antara tekanan dan kecepatan, yang dirancang untuk satu alat pengukur jurusan angin akan memberikan informasi tentang keduanya. Beberapa tipe anemometer, yaitu:
1. Anemometer dengan tiga atau empat mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap.
Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin.
Anemometer tipe “cup counter” hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.
Jenis anemometer menurut kecepatan terdiri dari : anemometer piala, anemometer kincir angin, anemometer laser Doppler, anemometer sonic, anemometer bola pingpong dan anemometer hot-wire. Sedangkan jenis anemometer menurut tekanan terdiri dari: anemometer piring dan anemometer tabung.
2. Anemometer propeler
Anemometer ini hampir sana dengan anemometer di atas, bedanya hanya mangkoknya terpasang pada poros horizontal.
3. Anemometer tabung bertekanan
Kerja Anemometer ini mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan tekanan kecepatan. Sehubungan dengan adanya perbedaan kecepatan angin dari berbagai ketinggian yang berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer ini biasanya disesuaikan dengan tujuan atau kegunaannya. Untuk bidang agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor (mangkok) 2 meter di atas permukaan tanah.
Macam-Macam Angin
Mengutip Tumiar Katarina Manik dalam Klimatologi Dasar: Unsur Iklim Dan Proses Pembentukan Iklim, macam-macam angin secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu angin lokal dan angin musim.
Angin Lokal terdiri dari 3 macam-macam angin, yakni angin darat dan angin laut, angin lembah dan angin gunung, angin jatuh/angin fohn.
Angin Musim terdiri dari 5 macam-macam angin, yakni angin pasat, angin anti pasat, angin barat, angin timur dan angin muson.
1. Angin darat dan angin laut.
Angin laut adalah salah satu bentuk dari sirkulasi thermal. Pemanasan yang tidak sama antara tanah dan air adalah penyebab dari angin dengan skala meso yang terjadi di daerah pantai. Sepanjang siang hari, daerah daratan lebih cepat panas dibanding dengan lautan dan pemanasan yang intensif menyebabkan tekanan rendah di atas daratan.
Udara di atas perairan masih tetap lebih dingin dibanding udara di atas daratan, karena tekanan udara tinggi terjadi di atas lautan. Efek dari distribusi tekanan ini secara umum adalah terjadi angin laut yang bertiup dari laut ke darat. Pada waktu malam, daratan lebih cepat menjadi dingin dibanding lautan. Udara di atas daratan lebih dingin dibanding lautan dan kembali menciptakan distribusi tekanan dengan tekanan tinggi sekarang berada di atas daratan.
Sekarang angin bertiup dalam arah berlawanan dari darat ke laut dan menjadi angin darat. Perbedaan suhu antara darat-laut biasanya lebih kecil pada waktu malam dari pada waktu siang, sehingga angin darat lebih lemah dibanding angin laut.
2. Angin lembah dan angin gunung.
Pada siang hari, udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas). Maka udara mengalir dari lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari, aliran ini terbalik. Lereng gunung mendingin lebih cepat dan mendinginkan udara yang menyentuh dinding gunung.
Makin dingin, maka padat udara tersebut dan berat sehingga udara mengalir menuruni lembah membentuk angin gunung. Di kebanyakan tempat, angin yang mengalir ke atas mulai terjadi pada awal pagi hari, mencapai kecepatan tertinggi menjelang tengah hari dan arah berlawanan terjadi menjelang malam. Angin yang menuruni lembah mulai terjadi dan mencapai puncaknya biasanya sesaat sebelum pagi tiba.
3. Angin Jatuh/Angin Fohn
Angin Fohn atau Angin Jatuh ialah angin yang bersifat kering dan panas, biasa terdapat di lereng pegunungan Alpine. Jenis angin ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok (Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan). Angin fohn adalah angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda.
Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 m di satu sisi lalu turun di sisi lain. Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit.
5 Macam-Macam Angin Musim
1. Angin Pasat
Angin pasat adalah angin yang bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut yang bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara yang bertiup di belahan bumi Selatan. Di sekitar khatulistiwa, kedua angin pasat ini bertemu.
Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin pasat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).
2. Angin Anti Pasat
Angin anti pasat adalah udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin anti pasat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering.
Macam angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia. Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS) terdapat daerah “teduh subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah doldrum”.
3. Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat besar, terutama pada daerah lintang 60o LS. Di sini bertiup angin Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4. Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60oLU/LS). Angin ini disebut angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5. Angin Muson (Monsun)
Angin muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia.
Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi seluruh wilayah indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. makin ke timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit.
Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara, sehingga benua Asia lebih panas daripada benua australia. Akibatnya, di asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari australia menuju asia.
Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, sulawesi tenggara, dan pantai selatan irian jaya.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba (peralihan), yaitu: Musim kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan Musim Labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba alam waktu singkat dan lebat.
0 komentar:
Posting Komentar